Geothermal Jadi Rebutan, DSSA & BREN Masuk Radar Saham!

Geothermal: Dulu Diabaikan, Sekarang Diperebutkan!

Bayangkan, dulu sektor geothermal kayak anak tiri: sering dipandang sebelah mata, jarang jadi perbincangan. Tapi sekarang? Konglomerat Tanah Air malah antre. Sinarmas, grup yang biasanya main di kertas dan sawit, tiba-tiba gandeng perusahaan Filipina buat ngegas bisnis panas bumi di Indonesia. Tuh, siapa bilang panas bumi itu membosankan?

Percaya deh, kalau sekelas Sinarmas udah turun gunung, berarti ada sesuatu yang ‘gurih’ di balik sektor ini. Jadi, kamu yang hobi cari peluang investasi, saatnya nggak cuma ngandelin saham batubara. Pikirkan juga geothermal: potensi gede, tren energi hijau lagi naik, dan beberapa emiten sahamnya mulai diperhatikan analis papan atas.

Konglomerat Serius Main Geothermal

Sinarmas lewat DSSA barengan Energy Development Corporation dari Filipina, enggak main-main. Mereka punya rencana untuk menggarap sumber panas bumi setara 440 MW di enam wilayah strategis: Jawa Barat, Flores, Jambi, Sumatra Barat, dan Sulawesi Tengah. Jadi, bisnis panas bumi nggak lagi cuma monopoli BUMN. Kalau selama ini kamu taunya PGEO (anak Pertamina) dan BREN (Barito Renewables), mulai sekarang DSSA juga pantas masuk watchlist serius.

DSSA & Kongsi Barunya

DSSA memang baru di awal proyek. Kontribusi ke pendapatan masih ‘absurd’, belum nendang. Tapi perhatian konglomerat ke geothermal menggambarkan ada ‘peluang emas’ yang siap digarap. Kapan lagi Sinarmas mampir ke sektor ‘dingin’ yang tiba-tiba jadi ‘panas’ ini?

BREN & PGEO: Kompetitor Senior

BREN, lewat Star Energy, sudah jadi operator terbesar: kapasitas 886 MW plus ekspansi 112 MW. Sementara PGEO punya 727,5 MW kapasitas langsung dan posisi dominan di pasar. Tapi, kata analis, valuasi BREN sudah premium. Jadi, sensitif sama berita buruk. PGEO justru lebih atraktif di harga dan pipeline proyek. Ujungnya, DSSA, PGEO dan BREN punya karakter masing-masing yang bisa kamu manfaatin sesuai resiko dan strategimu.

Saham Mana yang Layak Dikoleksi?

Analisis dari dua sekuritas ternama sepakat: geothermal Indonesia itu kayak lautan luas yang baru diselami di pinggirnya saja. Total cadangan 24 GW, tapi baru 2,6 GW yang dipakai. Artinya: ruang buat ekspansi lebar banget. Ada tiga hal penting buat kamu perhatikan sebelum masuk ke saham geothermal:

  • 1. Potensi pertumbuhan gara-gara tren energi bersih, plus regulasi yang menguntungkan.
  • 2. Kendala eksplorasi mahal, izin ribet, dan risiko sosial. Jangan asal masuk, cek dulu status proyeknya.
  • 3. Rekomendasi analis: PGEO target harga di Rp 1.725 – Rp 2.200 relatif murah dan punya prospek pipeline. BREN premium, tetap layak ‘hold’. DSSA masih ‘watchlist’, bisa jadi bintang baru kalau kerjasama mereka resmi berjalan.

Bahkan, Nafan dari Mirae Asset malah merekomendasikan BRPT ketimbang BREN untuk akumulasi beli, saking luasnya pilihan saham geothermal yang mulai tampil.

Kesimpulan

Geothermal sekarang jadi ajang rebutan perusahaan besar. Kamu masih mau duduk diam dan nonton doang atau mulai geser portofolio ke sektor yang bakal dipakai 20 tahun ke depan? Kuncinya: analisa kuat, nunggu momen, dan jangan latah. DSSA, BREN, PGEO, hingga BRPT punya potensi masing-masing. Tinggal pintar-pintar baca tren dan kalkulasi risiko. Kalau Sinarmas aja udah merapat, masa kamu masih ragu? Coba cek info terbaru dan update harga saham mereka, siapa tahu portofolio kamu makin panas (dalam arti positif!).

FAQ

Apa keunggulan saham geothermal dibanding energi batubara?

Saham geothermal didukung tren energi hijau, regulasi positif, dan potensi ekspansi besar.

Saham geothermal mana yang cocok untuk pemula?

PGEO dinilai lebih atraktif dan stabil untuk pemula, DSSA layak pantau sebagai prospek baru.

Apakah investasi di geothermal berisiko tinggi?

Risiko ada di eksplorasi, izin, dan sosial. Analisis proyek dan track record penting sebelum beli.

References

Saya Sang Putu Jaya Anggara Putra, seorang digital marketing yang tinggal di Denpasar, Bali. Saya menjalankan Jay.Foll, sebuah panel media sosial yang inovatif, dan juga bekerja sebagai webmaster utama di PT Mousmedia Bali, agensi pemasaran digital yang membantu bisnis tampil lebih baik di dunia digital.